Katanya: “Apalah Arti Sebuah Nama” ?


Ada ungkapan yang cukup terkenal di negara kita:

labib
labib

Apalah arti sebuah nama
Ungkapan ini apabila ditinjau dari sisi syariat, tidaklah sepenuhnya benar. Mengapa? Karena agama Islam memandang nama adalah suatu hal yang penting dan terkait dengan beberapa hukum baik di dunia maupun di akhirat.

Contohnya: panggilan nama seseorang di akhirat adalah panggilannya kelak di akhirat, sehingga apabila ada orang yang namanya jelek atau kurang indah di dunia, misalnya: Tenggil, Bosok, Cungkil, Ceper dll, maka itulah nama yang ia dipanggil di akhirat kelak. Terlebih lagi dia ridha dan senang dengan panggilan seperti itu

Baca Juga: Menamai Anak Dengan Muhammad Apakah Termasuk Ibadah?

Rasullullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‏ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺪْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻤَﺎﺀِ ﺁﺑَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَﻛُﻢْ

Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian [HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi, Sebagian ulama menilai sanadnya munqathi’, Sebagian menilai sanadnya jayyid]

Demikian dalam Fatwa Syabakah Islamiyyah dijelaskan bahwa seseorang akan dipanggil sesuai namanya dan dinisbatkan pada nasab bapaknya:

ﻓﺎﻟﻈﺎﻫﺮ – ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ – ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻳﺪﻋﻮﻥ ﺑﺄﺳﻤﺎﺋﻬﻢ ﻣﻨﺴﻮﺑﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺁﺑﺎﺋﻬﻢ ﻻ ﺇﻟﻰ ﺃﻣﻬﺎﺗﻬﻢ

Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- bahwa manusia pada hari kiamat akan dipanggail sesuai dengan nama merrka (di dunia) dan dinisbatkan pada bapak mereka, bukan pada ibunya. [Fatawa no. 20374]

Ibnul Qayyim menjelaskan pentingnya nama, beliau berkata,

ﺇﻥ ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﻘﻴﻘﺘﻬﺎ ﺗﻌﺮﻳﻒ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﻤﺴﻤﻰ ﻷﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻭﻫﻮ ﻣﺠﻬﻮﻝ ﺍﻻﺳﻢ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﺗﻌﺮﻳﻔﻪ ﺑﻪ

Sesungguhnya pemberian nama pada hakikatnya berfungsi untuk menunjukkan definisi/identitas penyandang nama (yang diberi nama), karena jika ia didapati tanpa diketahui (tanpa nama), maka ia tidak bisa dikenali. [Tuhfatul Maudud hal. 61, Dar Kutub Al-‘Ilmiyyah].

Baca Juga: Mengajarkan Sejarah Islam kepada Anak Sejak Usia Dini

Hendaknya kita memperhatikan ketika:

Memberi nama pada anak
Memperkenalkan nama diri kita
Memanggil nama orang lain
Yaitu berikan nama anak dengan nama yang baik dan gunakan nama baik tersebut ketika kita memperkenalkan diri ke masyarakat. Janganlah ridha dan senang dengan panggilan nama yang buruk atau jelek maknanya, serta kita tidak ikut-ikutan memanggil orang lain dengan nama atau gelaran yang buruk.

Ada beberapa dalil lainnya yang menunjukkan bahwa nama itu penting dan memiliki arti serta kaitan dengan hukum terkait dunia dan akhirat.

1. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki arti nama yang sangat baik yaitu yang terpuji, beliau adalah teladan kita dalam kebaikan
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan memberi nama-nama yang baik pada umatnya.
Misalnya pada hadits berikut:

ﺃﺣﺐ ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ

Nama-nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. [HR. Muslim]

3. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang penggunaan nama-nama yang buruk serta jelek maknanya
Misalnya pada hadits berikut:

ﺃَﺧْﻨَﻰ ﺍﻷَﺳْﻤَﺎﺀِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ ﺗَﺴَﻤَّﻰ ﻣَﻠِﻚَ ﺍﻷَﻣْﻼَﻙِ

Nama yang paling keji di sisi Allah pada hari Kiamat adalah seseorang bernama dengan nama ‘Malikal Amlaak’ (rajanya para raja). [HR. Bukhari & Muslim]

4. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik
Dari ‘Aisyah,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُغَيِّرُ الاِسْمَ الْقَبِيحَ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengganti (mengubah) nama yang jelek. (HR. Tirmidzi, shahih)

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

ﺃَﻥَّ ﺍﺑْﻨَﺔً ﻟِﻌُﻤَﺮَ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻬَﺎ ﻋَﺎﺻِﻴَﺔُ ﻓَﺴَﻤَّﺎﻫَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺟَﻤِﻴﻠَﺔَ

Salah satu putri Umar bin Khattab ada yang diberi nama Ashiyah (wanita pembangkang). Kemudian diganti oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama Jamilah. [HR. Ahmad dan Muslim]

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/45562-katanya-apalah-arti-sebuah-nama.html

Namai Anakmu dengan Nama yang Baik


Oleh: Tugiarti
Anggota Kelas Menulis Islampos

labib
labib

Sebagian orang mengatakan apalah arti sebuah nama. Nama hanya sekedar sebutan atau panggilan. Sehingga orang tua terkadang memberi nama anaknya dengan nama yang kebarat-baratan. Bahkan tak jarang pula memberi nama anak secara berlebihan. Supaya keren dan beken. Serta berbagai alasan lainnya.

Lalu, bagaimana pandangan Islam dalam hal nama?

Syariat Islam merupakan agama yang sempurna. Segala urusan manusia dari perkara yang besar hingga kecil diatur didalamnya. Termasuk memberi nama.

Dianjurkan untuk memberi nama anak dengan nama yang baik dan disukai Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

‏‏ إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ ‏‏ ‏.‏

Sesungguhnya nama-nama yang paling disukai Allah Ta’ala ialah nama-nama seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman. (HR. Muslim).

Seseorang belum dikatakan beriman hingga ia lebih mencintai Rasulullah dibandingkan mencintai orang tua dan dirinya sendiri. Sehingga apapun perintah Rasulullah wajib ditaati.

Suatu hari Rasulullah bertanya kepada seorang, Siapakah namamu?

Hazn -susah, jawabnya.

Rasulullah menjawab, Tidak, engkau adalah Sahl -mudah.

Orang tersebut menjawab, tidak ya Rasulullah, Hazn adalah pemberian bapakku.

Orang tersebut tidak menghiraukan perintah Rasulullah. Tidak mau mengganti namanya. Dengan sebab bapaknya yang telah memberi nama. Sejak saat itu, kesusahan tidak berhenti menimpanya.

Kisah Maryam di dalam Alquran dan Fenomena Baby Blues – Islampos

Metode dokter yang mengejutkan dunia! Hipertensi hilang selamanya

Is Facebook Secretly Building Satellite Internet?

Sebab Mundurnya Umat Islam – Islampos
Larangan memberi kunyah -gelar- Abu Al Qasim

Generasi sahabat, merupakan generasi yang terbaik sepeninggalan Nabi. Mereka sangat berhati-hati dalam beramal. Tidak mau berbuat sebelum bertanya kepada Nabi. Bahkan dalam hal nama, mereka berhati-hati. Tidak memberi kunyah atau gelar kepada bapaknya sebelum bertanya kepada Nabi.

Suatu ketika seseorang diantara sahabat mempunyai anak. Lalu dia memberinya nama Al Qasim. Maka sahabat berkata, kami tidak akan menjuluki kamu dengan Abu Al Qasim.

Kemudian orang tersebut menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Melaporkan hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, berilah anakmu nama Abdurrahman.

Dalam hadits riwayat Imam Muslim, dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َ ‏‏ تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي فَإِنِّي أَنَا أَبُو الْقَاسِمِ أَقْسِمُ بَيْنَكُمْ ‏‏.

Namailah dengan namaku, tetapi janganlah menjulukinya dengan julukanku. Sesungguhnya aku adalah Abu Al Qasim yang akan membagi di antara kalian.

Apakah diperbolehkan mengganti nama?

Hindari nama yang arahnya menyanjung diri. Rasulullah melarang nama yang menyanjung diri sendiri. Dapat menyebabkan lupa diri. Diperbolehkan mengganti nama, seperti yang Rasulullah lakukan terhadap istri beliau yaitu Zainab binti Jahsy.

Dari Abu Hurairah, bahwa dulu Zainab bernama ‘Barrah’ -si baik atau si suci.

Lalu di katakan kepadanya, apakah kamu mau menganggap dirimu telah suci?

Maka, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggantinya dengan nama Zainab.

Nama terburuk.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.

‏‏ إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ ‏‏ ‏.‏ زَادَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي رِوَايَتِهِ ‏‏ لاَ مَالِكَ إِلاَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ‏‏ ‏.‏

Sesungguhnya nama yang terburuk di sisi Allah Ta’ala ialah nama Malikul Amlak (Maha Raja Diraja). (HR. Muslim).

Tidak ada Raja selain Allah Azza wa Jalla. Memberi nama anak seperti diatas, dapat dimaksudkan menandingi. Dia lah Allah yang Maha Esa. Tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.

Wahai saudaraku seiman, bilamana memiliki bayi dekatkan ia dengan orang yang sholeh. Bukankah keadaan bayi masih polos? Mintakan doa kebaikan untuk si bayi. Manfaatkanlah segala perkara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk dalam urusan nama. Waallahu a’lam.

@kelasmenulis, 3 desember 2017.

Sumber

Tiga Tata Cara Memberi Nama Anak Dalam Agama Islam


Islam sebagai din yang baik dan sempurna telah mengatur segala kehidupan umatnya dengan baik tanpa memberatkan ataupun merugikan umatnya. Karena pada hakikatnya fungsi agama dalam kehidupan manusia adalah untuk menuntun kita agar tetap berada dijalan yang benar, dan agar apa yang kita lakukan tidak menimbulkan keburukan bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. Islam telah mengatur kehidupan manusia dari segala aspek, lalu apakah dalam Islam juga ada tata cara dalam memberi nama anak? Tentu ada, dan berikut sedikit ulasannya menurut Islam.

Tata Cara Memberi Nama Anak Menurut Islam
Dalam bahasa Arab, nama disebut dengan isim. Setiap manusia yang lahir ke dunia pastilah mempunyai nama sebagai sebuah panggilan dan identitas diri. Dan untuk membedakan manusia satu dengan yang lainnya maka pemberian nama diwajibkan menurut kesepakatan (ijma’) para ulama.

Dalam (QS. Maryam ayat 7, Allah SWT. berfirman :

Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.

Dalam ayat tersebut dapat kita ketahui, bahwa Allah sendiri telah memberikan nabi Zakaria seorang anak laki-laki dengan nama, yaitu Yahya. Dan itu berarti nama dalam Islam sangatlah penting. Dan sudah menjadi kewajiban para orangtua untuk memberikan nama kepada anak-anaknya, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :

Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa. (HR. Ibnu Najar)

Dan berikut tata cara pemberian nama anak menurut Islam :

1. Pilih nama yang baik dalam arti maupun panggilan

Islam menganjurkan agar para orangtua agar memberikan nama kepada anaknya dengan benar dan baik, karena menurut Islam nama adalah sebuah do’a. Maka dari itu pemberian nama dalam Islam pun tidak boleh sembarangan. Islam memberikan aturan atau tata cara dalam memberi nama anak, agar para orangtua tidak salah dalam memberikan nama anak-anaknya, karena nama sedikit banyak akan mempengaruhi kehidupan anak. Dan dianjurkan agar para orangtua memberikan anaknya nama dengan arti yang bagus, dan juga indah untuk dipanggil.

Nama-nama asmaul husna tentu memiliki arti yang baik. Allah SWT. berfirrman dalam (QS. Al-A’raf ayat 180) :

Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Dalam ayat tersebut dikatakan, bahwa Allah SWT. memilik Asmaul Husna yang merupakan nama-nama yang terbaik. Jadi, tidak perlu diragukan lagi tentang kebaikan memberi nama anak dengan nama-nama Allah SWT (asmaul husna).

2. Memberikan nama pada waktu terbaik

Waktu yang baik dalam memberikan nama kepada adalah segera setelah anak tersebut lahir.

Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda :

Semalam telah lahir anakku dan kuberi nama seperti ayahku, yaitu Ibrahim.” (HR. Muslim)

Dari Abu Musa, ia mengatakan :

Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Nabi SAW.dan beliau lalu memberinya nama Ibrahim(anak tertua Abu Musa), beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku.”(HR. Bukhari).

3. Pemberian nama dan nasab anak adalah hak ayah

Sebagai seorang imam dan pemimpin dalam keluarga, peran ayah dalam keluarga memang penting, sehingga dalam pemberian nama anak pun dianjurkan seorang ayah yang harus memberikannya. Dalam Islam seorang anak dalam masalah merdeka dan budak mereka mengikuti ibunya namun dalam masalah pemberian nama dan nasab mereka mengikuti ayahnya. Dan sebagaimana hak memberikan nama kepada anak, seorang ayah berhak atas nasab anaknya. Oleh sebab itu seorang anak akan dipanggil dengan nama ayahnya, misalnya : ‘fulan bin fulan’ bukan dengan nama ibunya ‘fulan bin fulanah’. Dan dalam (QS. Al-Ahzab) Allah SWT. berfirman :

Panggillah mereka dengan (memakai nama bapak-bapak mereka.”

Dan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda :

Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terakhir kelak dihari kiamat, maka akan dikibarkan bendera bagi setiap penghianat, lalu dikatakan ; Ini adalah bendera si fulan bin fulan.” (HR. Musim)

Sumber